THE HARDEST DAY OF OUR LIFE...
( Hari terberat dalam hidup kita... )
By. Me
inspiration of my friend in my office, menghadapi suatu masalah keluarga yang pelik dan tidak tahu jawaban hati yang sesungguhnya... mencoba untuk menyimak dan menguak dalam sebuah cerita pendek ataupun dalam sebuah naskah... semoga bisa jadi inspirasi kehidupan anda amien...
Thursday, 17 Des. 09 (09.00-11.00 wib)
Dalam waktu yang sesingkat singkatnya waktu, tidak begitu nampak terjelas dalam relung bathin yang sesunguhnya, kenapa hal itu harus terjadi dan sampai kapan ini terjadi di dalam ruangan yang penuh dengan complicated “Maaaa....!!” aku tak tahu kenapa hari-hariku semakin terasa berat di tambah dengan tugas sekolah yang menumpuk dan juga rasa sakit di dalam tubuhku namun semua orang tak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh yang rapuh dan penuh penyakit ini, buatku semakin terbebani dengan apa yang sudah ada, ingin rasanya pikiran ini tenang tanpa beban, namun kenapa ada saja yang mengganjal dalam kekalutan bathin yang seharusnya ini semua tidak boleh terjadi “ Pa, iya mama disini nggak usah teriak kenapa sich...mama dengar kuq...” dengan menggerutu melihat tingkah laku orang tuaku yang semakin hari tiada lagi keromantisan, ntahlah karena faktor usia atau memang sudah tidak ada lagi kasih sayang antara mereka berdua, ku memilih untuk pergi dari rumah tanpa pamid, kalau begini terus menerus ku bisa stres, ingin rasanya suatu hari mengajak diriku sendiri untuk kabur dari rumah yang penuh dengan coplicated seperti ini, papa yang suka mabuk-mabukan kadang kala suka main pukul tanpa alasan yang jelas kenapa dia seperti itu, apa karena badannya yang kekar ditambah rambut yang sedikit ikal yang membuat semua orang takut padanya, ach tapi apa haru semua orang di anggap rendah dan di pukul, bagaimana dengan keluarganya sendiri? Pusing mikirin hal itu, dan lagi Mama yang suka main gila dengan laki-laki lain ach menyebalkan sekali.
Akhirnya kuputuskan untuk pergi dari rumah ini dan pergi meninggalkan semua orang yang aku sayangi, namun ini semua demi kebaikan diriku sendiri, untuk masa depanku, Untunglah ku dibekali iman yang lumayan sehingga aku tidak melakukan tindakan bodoh bila memang aku sudah tidak kuat lagi dengan ini semua, “maafkan aku Ma...Pa...aku harus pergi...ini semua demi masa depanku Mama dan Papa tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. salam hormatku Adil...” setelah meninggalkan secarik kertas di meja kamarku, ntah surat itu terbaca atau tidak aku tidak begitu yakin, karena mereka sangat sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri huft, aku langsung bergegas meninggalkan rumah yang dulunya sangat kurasakan hangat kini berubah menjadi panas, dan aku mulai gerah tinggal disini, selamat tinggal my sweet home, semoga nanti kalau aku kembali disini suasana akan kembali seperti apa yang aku inginkan amien...
“Adil...?” aku segera menoleh ke arah orang yang memangil namaku “Adil..? ya ampun adil kamu kenapa ada disini?kamu nggak sekolah?” tanya orang itu kepadaku yang memang ku ketahui dia adalah bapak penjual buah depan sekolahku, aku sangat akrab dengan beliau, akhirnya aku mengemukakan semua alasan yang menharuskanku berada di tempat itu “ya ampun dil...bpk ikut prihatin ya...gini aja kamu ikut ke rumah bapak, kamu bisa tinggal bersama bapak, kapanpun kamu mau, bapak malah senang, pasti ibuk di rumah juga sangat senang yuk...” mengingat memang bapak itu tidak mempunyai anak akupun juga kasihan melihat beliau sangat rindu denan kehadiran seorang anak, namun apakah dengan kehadiranku dirumahnya tidak menambah beban keluarganya? Namun bapak itu memaksaku dan akupun tidak ada pilihan lain selain ikut dengan beliau.
Mulai saat ini aku tinggal di rumah yang tidak begitu besar dibanding dengan rumah orang tuaku namun disini yang ku lihat adalah kebesaran hati dan jiwa mereka yang penuh dengan kasih sayang, ketulusan dan kehangatan, aku sangat nyaman tinggal disini, aku merindukan suasana yang seperti ini...
Sengaja aku vakum dari sekolahku, aku ingin mulai hidup baruku dengan bekerja bersama bapak menjual buah segar kesekolah-sekolah kadang juga pasar-pasar tradisional, memang berat namun aku sangat puas dengan apa yang aku capai.
“Adil...makan yang banyak, besok sementara kamu tidak usah jualan, biar bapak yang jualan...” aku langsung meletakkan piringku denga tatapan tanda tanya ke arah bapak “kenapa begitu pak? Adil suka pekerjaan ini, adil masih sehat...” mencoba meyakinkan bapak tentang diriku “Adil...orang tuamu sangat khawatir, tadi di sekolah nina temen dekat kamu menanyakan soal kamu ke bapak, karena dia tahu kamu dekat dengan bapak...” “terus Bapak bilang apa...?” dengan sedikit rasa khawatir “Bapak jawab tidak tahu tantang kamu...” aku menghela nafas lega “ Nak Adil...sebaiknya nak Adil pulang kasihan mama Nak Adil khawatir...Ibu bisa merasakan itu...” tambah ibu meyakinkan kata-kata bapak...sejenak ku perfikir dan berfikir...ada apa dengan keadaan di rumah, tumben mama cari aku, tidak seperti biasanya yang super cuek...
Pagi ini aku mencoba mencari tahu tentang keadaan rumahku, tapi masih tetap sama, dengan cara diam-diam dan melihatnya dari kejauhan, terlihat rumah itu sangat sepi namun beberapa saat kemudian beberapa mobil berhenti tepat di depan rumahku, terlihat beberapa orang dengan memakai baju hitam turun dari mobil dan terlihat Mama terisak di dampingi dengan tanteku...ada apasebenarnya, dimana Papa? Papa tidak tampak dalam rombongan itu, merasa sangatm penasaran, tiba-tiba aku mendekat ke arah rumah semakin dekat dan semakin terlihat jelas di dalamnya terlihat keluarga besarku sedang berkumpul... “Ma....” sapaku lirih “Adiiil...” teriak mama dan memeluk erat tubuhku yang masih tidak mengerti apa arti semua ini “ Ada apa Ma? Cerita sama Adil..Ma...?.” tanyaku sedikit mendesak “Papamu sayang...Papamu...” dengan menangis kencang mama tetap tidak kuasa menceritakan yang sebenarnya, dan ku mulai bisa menebak pasti sesuatu terjadi pada Papa... “Papamu sudah meninggal Dil...” jelas orang yang ku ketahui beliau adalah Om ku, dengan menepuk pundakku yang serasa kaku sekali mendengar berita itu, tak kuasa aku langsung duduk lemas...kenapa harus secepat itu, kenapa? Ini semua salahku, aku tidak ada sewaktu Papa yang aku sayangi pergi ninggalin aku, aku memang bukan anak yang baik, meskipun ku tahu Papa tak sebaik yang dulu namun dia tetap Papaku... “Ada apa dengan Papa Om...?” tanyaku lirih dan sedikit lemas “Dil...Papamu kecelakaan sewaktu dia dalam keadaan mabuk, ntahlah, kata Mamamu malam itu dia habis bersantem hebat dengan Mamamu...dari itu Mamamu sangat merasa bersalah pada Papamu...dia mau bertobat, kamu harus bisa jaga Mama ya... itu pesan terakhir yang ingin di sampaikan Papamu untuk kamu, Kami semua sudah berusaha mencari kamu namun nihil...” aku merasakan sesak luar biasa tidak bisa terbendung ingn sekali memaki diriku sendiri... “ Sekarang Papa dimana?” “Papamu baru selesai di makamkan, nanti sore kita kesana sekalian kamu lihat Papa kamu, sekarang lebih baik kamu istirahat, ajak Mamamu Istirahat juga...” ntah aku harus berkata apa lagi, tapi aku janji akan jagain Mama demi Papa...dan hidu aku sekarang hanya untuk Mama...tidak satupun yang bisa buat Mamaku sedih...
Tak terasa tahun berganti tahun, keadaan semakin membaik, dan Mama telah bisa dapat tersenyum tanpa beban, dan aku sangat lega sekali, terlihat juga Mama sudah tidak main dengan beberapa laki-laki yang tidak jelas yang aku tidak suka dengan itu semua, namun terkadang ku tak tega melihat Mama melamun sendiri kadang menangis, itu tak sengaja ku melihat ntah karena kesepian atau merindukan kehadiran Papa yang sekian tahun ini telah meninggalkannya? Namun aku janji pada diriku sendiri akan merestui bila suatu hari Mama menemukan sosok pria yang di idam-idamkan, tanpa ku menjelaskan itu pada Mama sekarang, tapi aku yakin dengan sering-sering ku menyindirnya dia akan tahu sendiri Good Bless You Mom...!!!
Kali ini aku sangat bisa berkonsentrasi dengan jernih, karena terlihat Mama beda sekali tidak seperti biasanya, aku sangat nyaman sekali bila melihat Mamaku seperti itu “Mama happy banget sejak pulang dari pesta kemarin Adil perhatiin Mama senyam senyum sendiri, hayuw...nemuin some one yach...” dengan nada menggoda, mama langsung mendekat kearahku “ Adil, mama mau menceritakan sesuatu sama kamu, tapi please yach kamu jangan salah paham sama mama sayang..” khawatirnya, dan akupun mengangguk dengan sedikit senyum ke arahnya untuk menghilangkan kekhawatirannya. Terlihat Mama sangat antusias sekali dengan ceritanya, yang buatku semakin yakin kali ini memang Mama sangat membutuhkan teman hidup untuk berkeluh kesah dan kini ku mencoba berfikir jernih tanpa ada negtink ke Mama... “yaudah... Adil pengen di kenalin orang itu ajak dia kesini Ma,Adil pengen liat gimana sich wajah orang yang sudah membuat Mamaku nggak bisa tidur hehehe...” dengan melihat pipi mama yang memerah malu karena kugoda...
“Kenalkan saya Rian...” dengan menjabat tangan laki-laki itu, sedikit bergumam dalam hati, ini kah orang pilihan mama kali ini? Terlihat mama di sebelahnya penuh dengan perasaan bahagia “Saya Adil...” tanpa sadar kami ngobrol cukup lama, laki-laki itu sangat berwibawa, dari cara tutur bahasa dan body language nya aku suka dan cocok, apalagi Mama yang notabene seorang perempuan, dan perempuan mana sich yang tidak tertarik dengan laki-laki yang bersahaja, sopan, dan berwibawa?
Tak terasa hubungan Mama semakin dekat dengan laki-laki yang bernama Rian itu, dan kelihatannya mereka sangat cocok, dan laki-laki itu sangat baik, sopan memperlakukan Mamaku, hampir tiap hari beliau mengunjungi rumah kami, dan Mamapun tak segan memperlihatkan perasaannya, itu semua terlihat sewaktu makan bersama tak jaranng ku melihat kemesraan di antara mereka seperti hal terkecil bilamana laki-laki itu makan belepotan dengan segera Mama membersihkan mulutnya, sangat indah pemandangan itu, semoga saja pertemuan Mama dengan laki-laki itu bukan mimpi, melainkan bisa berlanjut serius dan tidak mempermainkan perasaan Mama, tak jarang pula aku menyampaikan asaku selama ini kepada Pak Rian semoga saja beliau bisa menjadi panutanku, walaupun nanti beliau tidak berjodoh dengan Mamapun aku masih masih berharap beliau mau menganggapku sebagai anak kandung beliau, Beliau sangat sopan dan tidak kurang ajar hanya saja terkadang memang Mama yang sedikit keterlaluan manjanya terhadap Pak Rian, namun dengan bijaksana terlihat Pak Rian yang kesehariannya sudah ku panggil Ayah itu mengingatkan Mama atas sikapnya tersebut, aku memanggil beliau Ayah karena aku telah menemukan sosok Ayah pada diri beliau, beliau terkadang memberi sedikit bimbingan kepada Mamaku akan hal yang sepantasnya di lakukan oleh seorang perempuan... Thanks God there I found him... Ayah Rian...jangan pernah tinggalin kami Yah... kami sangat membutuhkanmu, bukan hanya Mama, kali ini Adil sangat membutuhkan kehadiranmu...darimanapun asalmu, aku sangat mengagumimu Ayah...
Jam menunjukkan tepat pukul 03.00 wib kenapa Mama belum juga balik, memang tadi sempet pamid mau ke tempat Ayah seperti biasanya, tapi kali ini yang membedakan adalah waktunya, aku ragu Mama pergi dengan Ayah, Ayah tidak seperti itu, dia tahu waktu kapan harus memulangkan Mama dan selalu kasih kabar aku, tapi kenapa sekarang lain? Tanpa pikir panjang aku mencoba untuk menelfon Ayah pagi-pagi sekali... “Hallo Ayah...maaf Adil mengganggu...” terlihat disana menyapaku balik dengan sedikit kekhawatiran “ tidak mengapa Adil, ada apa Adil telfon pagi-pagi?” kemudian ku menceritakan yang menjadi kekhawatiranku, ternyata Ayah tidak bersama Mama... “Adil, Adil tenang aja, Mama gak bakal kenapa-kenapa, Mama tahu apa yang dilakukannya, nanti Ayah kesitu, Adil jangan kemana-mana, jam 06.00 wib Ayah berangkat dari sini kesana...”
Terlihat Ayah datang tepat waktu, aku bergegas membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan masuk laki-laki yang sudah menjadi impian keluargaku itu “ Udah nggak usah cerita, Ayah sudah paham, sebentar lagi Mama bakal datang...kamu kalo mau pergi, pergi aja, pake motor Ayah...” dengan sikapnya yang tenang itu aku semakin kagum dengannya... aku semakin tahu tujuan Ayah menyuruhku pergi agar dia bisa leluasa menghadapi Mamaku..., segera ku mengambil kunci motor milik Ayah, namun kali ini aku tidak mau pergi jauh dari rumah, sengaja aku parkir motor di tempat tetanggaku... tidak berselang lama sebuah mobil berhenti tepat depan rumahku, terlihat laki-laki paruh baya membukakan pintu mobil, astaga begitu kagetnya aku melihat yang turun tak lain dan tak bukan adalah Mamaku, pikiran jelek yang dulu sempat membuatku tidak nyaman tinggal dirumahpun kenmbali menghinggapi kapalaku... terlihat mobil itu melaju tanpa mampir kerumah, dan terlihat Mama yang teriak-teriak memanggil namaku untuk membukakan pintu untuknya, ya Tuhan... bagaimana dengan perasaan Ayah di dalam, aku sangat yakin beliau melihat laki-laki itu, ya Tuhan pasti dia sangat kecewa sekali terhadap Mamaku, aku sangat benci Mamaku saat ini, semalaman tidak pulang, apa yang telah di perbuat, Ayah pasti ninggalin aku...ya Tuhan....Mama...kamu sama sekali tidak mau berubah untukku Ma... mana janji Mama...Adil sangat kecewa sama Mama...
Namun, kebencian terhadap Mama itu dengan cepat menghilang, karena Mama telah menjelaskan apa yang terjadi, aku sebagai anaknya sangat bisa memahaminya kali ini walau yang di lakukannya salah dan beliau telah mengakuinya... “Ma, Ayah hari ini nggak kesini?” ntahlah kenapa aku sangat merindukan kehadirannya, bukan hanya Mama yang mengharapkannya namun kali ini aku juga telah terkena firus itu, namun kali ini aku sangat ikhlas juka firus itu tetap ada bersamaku...terlihat Mama hanya menggelengkan kepala tampak tidak seperti biasanya, ada apa sebenarnya? Apa mungkin Ayah marah dan kecewa karena hal yang terjadi waktu itu? Yup memang laki-laki mana yang mampu melihat kekasihnya tidak pulang seharian tahu-tahu pulang dengan seorang pria yang tidak dikenal...aku bisa memahami perasaan Ayah... “Win.. Mas kamu nggak kesini hari ini? Kopinya kuq masih utuh...” terlihat nenek dari balik pintu dapur keluar dengan bertanya pada Mama mengenai kehadiran Ayah hari ini, memang sejak Papa meninggal Nenek dan Kakek tinggal bersama kami dan kebiasaan Nenek selalu setiap pagi menyiapkan kopi untuk Ayah tanpa peduli Ayah datang atau tidak Nenek tetap membuatkannya buat Ayah...yup kali ini tidak hanya Adil dan Mama yang sangat mengharapkan kehadiran beliau, namun seisi rumah telah terhipnotis dengan kewibawaannya...
Beberapa hari ini pikiranku mulai tidak tenang, ada apa gerangan dengan Ayah sangat terpukulkah beliau dengan kejadian itu... terlihat di meja tengah ada 3 kopi yang menandakan sudah 3 hari Ayah tidak berkunjung ke rumah, sengaja Mama tidak membersihkannya, karena itu sangat berarti baginya... melihat pemandangan seperti itu bergegas aku cari tahu kebenarannya... dengan lancang ku cari tahu dengan membuka notebook Mama dan ku ketahui alamat dengan nama lengkap Aryanto Widjaja beserta alamat lengkapnya sekalian...tanpa membuang waktu ku mencatatnya dan besok aku bakal coba untuk mencari tahu yang sebenarnya...
Pagi-pagi sekali ku menuju kota tempat tinggal Ayah, dan aku menemukan rumah itu, terlihat ada motor dan mobil Ayah terparkir di depan rumah, berarti tidak salah lagi, dan akupun segera kesana untuk menemui Ayah yang selama ini sangat ku rindukan kehadirannya dan mencoba menjelaskan sekaligus meyakinkan beliau tentang apa yang di lihat mengenai laki-laki itu hanya kesalah pahaman saja, dan seketika aku terhenyak melihat wanita paruh baya seumuran Mamaku keluar dari rumah itu dengan membawa tas yang ku ketahui itu adalah tas kerja Ayah, siapa wanita itu? Tidak lama terlihat Ayah keluar dari rumah itu dan kemudian mencium kening wanita tersebut... aku sungguh penasaran apa yang sebenarnya terjadi... aku tak sengaja menenggor pot yang tertata rapi di depan rumah Ayah yang membuat mereka mengetahui keberadaanku... “Adil...??” Ayah memanggil namaku dengan wajah yang sedikit gugup “Apa yang kamu...” “Pa...” wanita itu segera memotong pembicaraan Ayah, namun sebutan PA apa artinya? Siapa dia? “Ma..itu Adil yang sudah Papa ceritakan kemarin” Ayah memanggil wanita itu dengan sebutan MA, jangan-jangan mereka... “Owh... ya sudah suruh masuk aja, Adil masuk nak...” tawar wanita itu padaku, sangat hangat dan ramah sekali pikirku, akupun mengangguk dengan tersenyum “terima kasih tante...” aku melihat Ayah yang juga masuk ke dalam rumah dan kita bertigapun duduk di sofa, terhenyak dan sesak sekali melihat interior rumah beserta foto-foto yang terpampang di ruang tamu, terlihat jelas foto keluarga dengan 3 anak, sangat harmonis... apa arti semua ini, rasa ingin marah menangis dan mengumpat, namun rasanya ku tak sanggup menerima ini semua, apa Mama mengetahui ini semua, kenapa Mama tidak pernah menjelaskannya padaku kenapa? “Adil...Tante sudah tahu semuanya, tante bisa paham, Adil nggak perlu marah yach sama Ayah atau Mama kamu, semua ini Anugerah dari Tuhan yang memang harus terjadi, namun kita sebagai manusia harus bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada...” ya Tuhan begitu mulia hati wanita ini, beliau sudah mengetahui hubungan suaminya dengan wanita lain namun beliau tidak marah sama sekali, aku sangat kagum dengan beliau, ntahlah kekaguman itu beralih tidak lagi untuk Ayah namun untuk istri yang sudah di khianati Ayah... Ku lihat Ayah hanya menunduk lemas penuh rasa bersalah, aku harus bisa ikhlaskan semuanya, aku harus bisa... “Adil, jangan pernah menyalahkan Ayahmu, ini semua salah tante, tidak salah Ayah seperti itu, tante menyadari semua yang terjadi karena kesalahan tante, dan tante teledor dan sekarang dengan kejadian ini tante sadar, Ayah sangat membutuhkan kasih sayang yang belum pernah tante berikan sepenuhnya terhadap Ayah, tante sangat berterima kasih sekali sama Mama kamu yang sudah memberikan semua kepada Ayah, ntahlah, semua terserah Ayah, mau menikah lagi dengan wanita pilihannya, tante sudah ikhlas demi Allah tante ikhlas Dil...” sesekali wanita itu mengusap air matanya, dan ku lihat Ayah pun demikian, rasa apa yang ada dalam jiwa, ntahlah Tuhan... sangat berat menghadapi dan melihat ketulusan yang datang dari jiwa, ya Tuhan berikan jawaban atas semua ini, aku sebagai anak bisa merasakan bagaimana anak-anak ayah bila mengetahui ini semua, dan aku sangat yakin anak-anak Ayah belum mengetahui hal ini, ntahlah Adil menyalahkan siapa dalam hal ini, Ayah, Mama, atau wanita ini...sesak rasanya melihat kenyataan ini Tuhan, apa yang harus Adil lakukan untuk yang terbaik bagi semua tanpa mengorbankan jiwa dan air mata...
Dalam hal ini memang tidak bisa kita mencari siapa yang salah dan yang benar, memang benar apa yang sudah di dikatakan wanita itu, kehidupan di dunia ini adalah anugerah dari Tuhan, apa yang sudah terjadi adalah karuniaNya, hanya saja bagaimana kita menghadapinya, harus bisa berjiwa besar dalam menghadapi ini semua, semoga ku bisa amien...
“Adil, kamu ada masalah? Mama perhatiin akhir-akhir ini kamu pendiam sekali, dan sudah tidak menanyakan kehadiran Ayah lagi, tumben Dil...” aku Cuma bisa terdiam di saat Mama menanyakan apa yang bisa buat aku berubah, harusnya dia sudah sadar apa yang terjadi... “Ma, tolong Mama jawab jujur...siapa Ayah sebenarnya, statusnya seperti apa Ma?” mendengar pertanyaanku Mama langsung terdiam dan mulai menangis “Jawab Ma...okey Mama nggak perlu jelasin, dil sudah tahu apa yang terjadi Ma, tapi kenapa Mama bohongi Adil dan tiedak terus terang sama Adil kalo Pak Rian itu sudah memiliki keluarga? Kenapa Ma, Mama sengaja? Mama nggak pernah berubah, mana janji Mama? Mana Ma Mana?!” terlihat Mama semakin merasa bersalah mendengar ucapanku “ Mama nggak ngerti perasaan Adil, Nenek ach.... nggak taulah Ma, apa sih yang ada dalam pikiran Mama dan juga Pak Rian? Kalian sadar nggak sih banyak korban disini, semua sakit karena ulah kalian?! Ntahlah Ma... Adil sudah tidak sanggup...” dengan sedikit membanting tanganku ke meja aku sangat merasa kesal “Adil... bukan minta Mama seperti ini Dil... kamu tahu sayang... bukan hanya kalian yang sakit, Mama juga sakit Dil, dan Mama yakin juga Pak Rian juga merasakan hal yang sama...tolong mengerti dan Pahami Mama, jngan judge Mama seperti ini sayang...” ntahlah aku nggak bisa nomong lagi, rasanya memang sangat egois sekali pikiran yang ada, tapi... ach... ntahlah capek... capek... dan sekali lagi aku capek...
“Ayah minta maaf Dil, Ayah tidak bisa menjadi apa yang kamu dan keluarga kamu inginkan, Ayah tidak sanggup rasanya...” hanya terdiam dan membisu dan juga tidak ada komentar dalam mulutku sewaktu Pak Rian yang sudah aku anggap Ayah dan sudah 2 jam duduk di sebelah tempat tidur yang sudah 1 minggu setia menemaniku dalam kelelahanku dan jasmaniku, terlihat sosok itu penuh rasa bersalah dan juga kebimbangan, biarlah apa yang di kata aku sudah tidak mau tahu dan 1 hal aku sudah ikhlaskan semua “Adil, tolong kamu pahami semua ini, tapi Ayah janji akan menjadi Ayah bagi kamu walaupun kita tidak bisa bersatu dalam keluarga, namun dalam hati Ayah u’ll be mine...trust me key...” ntahlah tiba-tiba aku luluh oleh perkataannya dan akupun di peluknya tanpa berontak oleh laki-laki itu, dan tanpa sadar dari sampingkupun Mama memeluk kami berdua dengan tangisan pula Mama memelukku erat, ya Tuhan mimpikah aku di peluk dua orang yang aku sayangi? Rasanya ingin menghentikan waktu, rasanya memang tidak rela dan tidak ikhlas, tapi rasanya sangat egois sekali jika aku memaksakan kehendakku... semakin ku menangis kencang di pelukan Ayah, yach aku akui aku laki-laki tapi apa aku salah jika aku meluapkan dengan tangisan? Aku tidak bisa menghadapi ini Tuhan ini hal yang ternberat bagiku mengikhlaskan orang yang kita cintai untuk yang lebih berhak mendapatkannya... aku yakin Ayah juga demikian, berat menghadapi ini semua... kuatkanlah hati kami Tuhan... Engkau lebih tahu apa yang terbaik bagi kami semua...
Buat keluarga Ayah yang ada disana, Adil mewakili atas nama keluarga Adil mohon maaf sebesar-besarnya, karena sudah menyita banyak waktu dan perhatian Ayah yang seharusnya itu semua bukan hak kami, melainkan hak keluarga kalian... semoga keikhlasan dan jiwa besar yang sudah ada dan yang sudah dimiiki oleh Ibu Ariyanto tetap menjadi prioritas dalam jati diri Ibu... Adil sangat salut dan bangga melihat sikap Ibu... sekali lagi terima kasih dan Im so sorry so much buat semua keluarga Ibu dan Ayah...
Ayah, jadilah yang terbaik untuk keluargamu... mereka sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayangmu... jangan pernah sakiti mereka Ayah... semua akan indah jika kita bisa menerima kelebihan dan kekurangan seseorang... terima kasih atas semua waktumu yang bisa buat keluarga merasakan apa yang seharusnya memang pantas dirasakan walau hanya sesaat...
Mama, Adil sangat mencintai Mama, Mama berhak mencintai dan di cintai seseorang, tapi satu hal pinta Adil Ma... jujur pada diri sendiri dan berfikir dari awal tentang ‘apa langkah yang Mama ambil menyakiti atau tidak’ hanya Mama yang tahu, Adil seperti ini karena Adil nggak mau Mama sakit... Love you much Mom...
And the last...
Biarkan Adil tenang dan damai dalam Surga...
Dan semuanya akan tersenyum bahagia bila semua mendapatkan kedamaian sejati...
Tuhan tidak tidur untuk memberikan semua yang dibutuhkan oleh umatnya selagi mereka mau berusaha di jalanNya...
Amien...
------- eNd------
No comments:
Post a Comment