d'Costa, 25 Desember 2009 jam 13.10-16:10
(-) ’Beibh’?
(+) Iya?
(-) Sudah berapa lama kita berbincang seperti ini?
(+) Entahlah. Lama. Terlalu lama. Aku bahkan merasa kita sudah berbincang seperti ini sejak lahir tanpa kita sadari. Dengan bahasa yang hanya kita yang mengerti.
...
(-) Kamu benar ’Beibh’. Aku juga sering merasa demikian. Bahkan barangkali kita juga sedang berbincang dalam tidur kita ’Beibh’.
(+) Ya. Bisa jadi.
...
...
(-) ’Beibh’, aku merindumu.
(+) Diam dulu, jangan bicara. Aku sedang membayangkanmu tadi. Tapi sudahlah ...
(-) Benarkah ’Beibh’? Tetapi ’Beibh’, rinduku tidak realistis. Sangat menjengkelkan. Aku sampai benar-benar ingin bertemu denganmu.
...
(-) Aku harus mencarimu ’Beibh’. Harus.
(+) Baiklah. Aku tunggu. Semoga kali ini kita beruntung. Karena otakku sudah menjadi irasional karena sering melamunkanmu.
-------
(-) ’Beibh’?
(+) Hmm?
(-) Bagaimana jika suatu hari nanti, kita ternyata memang satu?
(+) Dengan perbincangan kita seperti ini? Yang hampir setiap malam terjadi? Yang bahkan aku tidak mengenalmu, kau tidak mengenalku? Yang bahkan kamu di mana dan aku di mana kita tidak tahu? Bukankah dengan tanda-tanda seperti ini, pada akhirnya kita memang akan menyatu nanti?
(-) Tetapi aku sering merasa perbincangan ini hanya khayalanku saja ’Beibh’. Hanya karena kerinduanku yang otoriter tentang sosokmu ’Beibh’.
(+) Kadang aku juga berpikir demikian. Bahwa perbincangan kita memang hanya imajinasi. Sekedar penghibur hatiku ketika sepi. Bahkan teman-temanku sering menertawakanku ketika aku membicarakan perbincangan ini. Atau bisa juga kita hanya sebuah cerita yang ditulis seseorang di dunia nyata, sementara kita ini hanya fiksi. Tetapi sudahlah. Khayalan atau bukan. Imajinasi atau memang terjadi. Kita nikmati hal yang menyenangkan ini.
(-) Benar ’Beibh’. Sangat menyenangkan perbincangan ini. Sampai aku selalu menunggu waktu kosong agar ini terjadi. Lagi dan lagi. Meski kadang aku memanggilmu tapi tidak ada sahutan darimu.
(+) Aku juga sering memanggilmu, tetapi kadang kamu juga tidak menyahut panggilanku.
(-) Maaf ’Beibh’. Aku mungkin tidak mendengar karena kesibukanku. ’Beibh’?
(+) Hmmm?
(-) Bagaimana jika ternyata perbincangan ini memang terjadi dan ternyata kita suatu hari nanti menjadi satu?
(+) Entahlah. Menurutmu?
(-) Entahlah ’Beibh’. Aku juga tidak tahu. Tetapi jika memang kita nanti menjadi satu, aku ingin berbincang denganmu terus. Dengan itu aku bisa tetap melihatmu.
(+) Hmm. Menyenangkan. Berbincang sepanjang waktu. ... Bagaimana bila nanti bosan? Apa yang harus kulakukan? Memelukmu? Menciumimu membabi buta? Dan lalu apa lagi? Memelukmu? Menciumimu lagi? Ah sepertinya menyenangkan. Aku ingin seperti itu. Kamu mau?
(-) Ah, ’Beibh’. Kamu membuat khayalanku terbang sangat tinggi. Tentu saja aku mau. Semoga saja bayangan tentang kita menyatu bukanlah khayalan. Seperti juga tentang perbincangan ini. Semoga bukan khayalan.
(+) Apapun itu. Jika khayalan itu memang terjadi, aku harap kau tidak pernah melukaiku ...
(-) Ah, ’Beibh’. Jika aku nanti melukaimu, akan kukubur hidup-hidup hatiku ’Beibh’.
(+) Jangan! Bukankah jika khayalan itu memang terjadi, berarti hatimu juga sudah menjadi milikku? Bukankah aliran darah dari jantungku langsung menuju jantungmu dan juga sebaliknya? Jika kau kubur hatimu, aku bisa mati.
(-) ’Beibh’ ...
...
-------
(-) ’Beibh’, kamu di mana?
(+) Di sini. Masih di sini.
(-) Tetapi aku tidak melihatmu ’Beibh’. Aku sudah mencarimu di mana-mana.
(+) Benarkah? Aku di sini juga mencarimu.
(-) Kalau begitu akan kucoba mencarimu lagi ‘Beibh’.
(+) Biar kuberi tahu kotaku. Aku ada di (........)
...
...
(-) Benar
(+) Benar. Bahkan suaraku sendiri tidak terdengar olehku ketika mengatakan
(-) Biarlah ’Beibh’. Aku akan mencarimu. Sampai ketemu.
(+) Walaupun lama? Walaupun ternyata perbincangan ini hanya imajinasi?
(-) Jika memang ini imajinasi, tidak mengapa. Aku akan menganggapnya nyata.
(+) Lalu bagaimana ketika kau menemukan seorang gadis, dan kamu mencintainya?
(-) Berarti aku sudah menemukanmu ’Beibh’.
(+) Bagaimana jika itu bukan aku?
(-) Tetapi itu kamu. Karena apapun yang terjadi, gadis yang yang kucintai suatu hari nanti pasti kamu. Meski aku belum melihatmu.
(+) Tetapi ... baiklah. Terserah kamu saja ...
...
----------
(-) Kamu tahu? Beberapa bulan lalu aku bertemu seseorang. Dia sangat menyenangkan. Aku kira itu kamu.
(+) Ya Tuhan! Jadi karena itu kamu tidak berbincang denganku? Tidak mungkin itu aku ’Beibh’. Aku masih di sini.
(-) Iya. Aku tahu. Baru kemarin aku sadar. Dia memang mengagumkan. Membuat mataku berbinar, dan jantungku berdebar. Tetapi masih belum bisa menghasilkan badai di dadaku. Sementara berbincang denganmu saat ini saja, di hatiku sudah tercipta badai.
(-) ... Syukurlah ’Beibh’. Aku pikir aku sudah kehilanganmu. Aku gemetar ’Beibh’. Aku memanggilmu hampir setiap malam, tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Aku ketakutan setengah mati.
(+) Jangan takut. Bukankah aku sudah kembali?
(-) Ah, kamu tidak merasakan yang kurasakan selama ini ’Beibh’. Aku benar-benar frustasi. Benar-benar berpikir bahwa perbincangan kita selama ini memang hanya imajinasi. Aku benar-benar gemetaran ’Beibh’. Aku menggigil. Aku merasa dingin. Aku berpikir, apakah ini memang suhu udara yang semakin lama semakin dingin, ataukah karena kau sudah mengambil hatiku? Aku nyaris merasa mati ’Beibh’! Nyaris!
(-) Jangan! Apakah kau mencoba bunuh diri?
(+) Ah ’Beibh’. Jangan konyol. Apapun yang terjadi aku tidak akan bunuh diri ’Beibh’. (-(-) Tidak akan. Hanya saja aku merasa sepi. Benar-benar sepi. Seolah aku hanya sendiri di dunia ini. Karena itulah aku nyaris merasa mati. Karena sepi ’Beibh’. Sepi bukan main.
(+) Syukurlah. Hei ... aku sudah kembali. Dan aku belum mengambil hatimu ...
(-) Itu yang kamu tahu ’Beibh’. Tetapi hatiku sudah ikut kemanapun kamu pergi. Kamu memang tidak mengambilnya atau mencurinya. Memang hatiku yang ingin mengikuti kemanapun kau pergi.
(+) Ah, kamu jangan memujiku seperti itu ...
(-) ’Beibh’ ...
(+) Hmm?
...
...
---------------
(+) Aku berada di
(-) Benarkah? Kenapa kamu di
(+) Entahlah. Sesuatu membawaku ke sini. Tiba-tiba dua bulan lalu aku naik jabatan lalu sering keluar
(-) Mmm ...
(+) Tetapi mungkin memang harus seperti itu. Aku bersekolah bersama banyak teman, kemudian lulus. Kebetulan salah seorang teman menawarkan pekerjaan setelah aku bekerja di sana-sini. Tiba-tiba karena satu hal, salah satu staff pentingnya sakit keras dan harus istirahat dua minggu. Aku ditunjuk untuk menggantikannya. Ternyata pekerjaanku diterima dengan baik. ....
Hei, kamu masih mendengarkan?
(-) Iya, ’Beibh’. Aku masih mendengarkan. Aku akan selalu mendengarkan apapun yang kamu katakan.
(+) Terima kasih. Kamu membuatku tersenyum. Begitulah. Aku berhasil mengerjakannya, lalu perkerjaan lain juga selesai dengan baik. Dan di sini aku sekarang.
Aku sekarang benar-benar mengerti bahwa hidup memang sudah ada yang mengatur. Tetapi aku yang menentukan pilihan-pilihanku sendiri. Aku memilih pekerjaan. Aku memilih menerima tanggung jawab, sampai aku memilih sekolah-sekolah itu. Semuanya berhubungan dan membawaku ke sini. Itu memang takdir. Tetapi itu juga karena pilihan-pilihanku ...
(-) Kamu brilian ’Beibh’. ... tetapi
(+)
Besok ada festival di sini. Festival untuk merayakan hari cinta. Orang akan berkumpul di pusat
(-) Tugu berbentuk hati? Festival? Hari cinta?
(-) Ya Tuhan, ’Beibh’! Aku juga di sini. Aku juga di
(+) Benarkah? Kamu sungguh-sungguh? Sumpah?
(-) Sumpah, ’Beibh’! Sumpah! Aku di
(+) Ya Tuhan ... Aku gemetaran sekarang ini. Seperti gempa sedang melanda tubuhku. Apakah ini nyata? Bukankah perbincangan kita hanya imajinasi?
(-) ’Beibh’, aku lebih gemetaran dari kamu. Benar-benar lebih gemetaran. Dan entahlah. Mungkin memang imajinasi. Tetapi aku tidak peduli.
(+) Kamu akan datang ke festival itu? Aduh. Gemuruh di dadaku tidak bisa kuhentikan.
(-) Aku datang ’Beibh’, aku pasti datang. Dan kamu pasti tidak tahu betapa sulitnya aku mengendalikan teriakan-teriakan girang yang ada di kepalaku saat ini. Aku benar-benar ingin melihatmu. Sangat ingin sekali.
(+) Aku juga ingin sekali melihatmu. Ya Tuhan, aku benar-benar gemetaran.
(-) Kamu tidak mengerti ’Beibh’. Aku juga demikian. ... aku hampir pingsan karena kegirangan ...
(+) Hei!
Hei!
Jangan!
...
----------------
(-) ’Beibh’?
(+) Ya?
(-) Aku di sini. Di tugu berbentuk hati.
(+) Benarkah? Kamu di mana? Aku tidak melihatmu ...
(-) Banyak sekali orang di sini ’Beibh’. Bagaimana cara kita bisa bertemu. Kamu tepatnya di mana?
(+) Di sini. Di lingkaran tugu hati ini.
(-) Aku juga di sini. Tetapi ada ratusan orang di sini ’Beibh’.
(+) Aku memakai baju putih.
(-) ’Beibh’, di sini banyak gadis yang memakai warna putih ...
(+) Lalu bagaimana?
...
...
(-) ’Beibh’! Nyalakan cahayamu!
(+) Maksudmu?
(-) Entahlah. Kamu jangan bergerak. Diam saja di tempatmu dan nyalakan cahayamu. Cahayamu ’Beibh’. Bukan api atau lampu. Cahayamu saja. Nyalakan dengan cara apapun. Akan kulihat nyala itu untuk menemukanmu.
(+) Cahayaku? Melihatku?
(-) Lakukan saja ’Beibh’. Kumohon? Sebagaimana kita berbincang melalui tanpa suara dan hanya melalui hati selama ini. Kamu pasti bisa menyalakan cahayamu. Aku akan melihatmu. Aku pasti melihatmu. Kumohon?
(-) Baiklah. Aku coba ...
----------------------
(-) ’Beibh’, kamukah itu?
(+) Ya. Ini aku. Dan ...
(-) Benar ‘Beibh’. Ini aku.
(+) Ya Tuhan. Kamu tahu? Barangkali inilah berhenti itu. Seperti hanya ada aku dan kamu. Menikmati spesial effect tak tentu yang membuncah di seluruh tubuhku. Seperti melayang. Bukan, seperti terbang. Tanpa beban.
(-) Ah ’Beibh’. Apa yang kurasakan sekarang ini, lebih dari itu. Semoga kamu tidak mendengar suara ribut dalam jantungku ini. Dia berteriak kegirangan karena senang bukan main setelah melihatmu ’Beibh’.
(+) Terlambat. Aku sudah mendengarnya. Tidak apa-apa. Suaranya menyenangkan. Dan semoga kamu tidak ...
(-) Melihat pijar bintang di matamu? Terlambat ’Beibh’. Aku melihatnya. Sangat kentara sekali. Hal seperti itu tidak bisa disembunyikan ’Beibh’.
(+) Kamu tahu? Kamu lebih dari yang kubayangkan ...
(-) Jangan ’Beibh’. Itu kalimatku ... untukmu ...
(+) Kalau begitu itu kalimat kita.
...
...
(-) Boleh aku mendekat ’Beibh’? Untuk melumat rindu yang kurang ajar ini?
(+) Tentu saja. Aku sudah memimpikan lama untuk melihatmu dari dekat.
(-) Tunggu sebentar ’Beibh’. Apakah perbincangan kita selama ini hanya fiksi? Atau memang benar-benar terjadi?
(+) Aku tidak peduli. Aku benar-benar tidak peduli. Bukankah kamu akan mendekatiku saat ini?
(-) Iya ’Beibh’. Iya ...
…..
…..
…..
(d’costa, 25 des 2009/ u&i)
(>> disunting dari sebuah karya nyata dalam hati o/ Saudaraku Erick Namara – ‘Unintended 15 Agustus 2009 jam 15:10…@Yogyakarta, Juli 2008’, ty 4 all u’r d best, Succes and GBU)